Tari Beksan Wireng Surakarta

Riverspace.org – Tari beksan wireng merupakan jenis tarian tradisional tua dalam kebudayaan masyarakat Jawa. Yakni berupa tarian yang memberikan sebuah penggambaran tentang “Wira” atau perwira dan “Ageng” yakni prajurit yang unggul.

Oleh sebab itu tari baksa Wireng menjadi tari yang bernuansa peperangan sebagai usaha supaya prajurit istana tangkas dalam olah keprajuritan atau latihan perang. Pada umumnya tarian ini akan dibawakan oleh dua orang penari dengan memakai kostum layaknya seorang prajurit kerajaan.

Seni beksan wireng merupakan kesenian adiluhung yang berasal dari Keraton Jawa. Pada hal ini, Kasunanan Surakarta sebagai salah satu pusat kebudayaan Jawa, dan Pura Mangkunegara yang tetap melestarikannya.

Jika merujuk pada Serat Centini, tarian ini diperkirakan sudah ada sejak abad ke-11 sebagai zaman Jenggala-Kediri. Dalam masa tersebut terdapat berbagai macam tari wireng, baik yang memakai senjata ataupun yang tidak.

Nah, untuk mengetahui pembahasan lengkapnya tentang tarian ini, mari kita simak penjelasan dibawah ini!

Contents

Sejarah Tari Beksan Wireng

Asal usul tarian beksan Surakarta

Seperti yang telah saya jelaskan sedikit diatas, bahwa tari beksan wireng sudah ada sejak abad ke-11 yakni pada jaman Kerajaan Jenggala-Kediri. Adanya tarian ini masing-masing memang terdapat pada berbagai serat termasuk Serat Centhini, Serat Sastramiruda, Serat Weddataya, dan Serat Kridhwayangga.

Di dalam Serat Centhini dan Serat Kridhwayangga, Panji Inukertapati yang memiliki gelar Prabu Suryamisesa, namun di dalam Serat Centhini disebut Suryawisesa. Serat Centhini dan Panji dikenal sebab kemahirannya dalam menari, mempunyai suara yang merdu, pandai memainkan gamelan dan juga pandai bercerita.

Hal ini terjadi ketika Panji memerintah pada tahun 1145 silam, kemudian masyarakatnya ikut mempelajari dan memahami tarian dan lagu.

Pencipta tari beksan wireng sendiri adalah Prabu Amiluhur yang bertujuan untuk sang putra beliau yang ikut aktif dalam keprajuritan dengan menggunakan persenjataan perang dan cinta kepada negeri.

Tujuan dari diciptakannya tarian ini sebagai penyemangat para prajurit perang yang jumlahnya empat orang. Selain itu, supaya mereka lebih mahir atau tangkas dalam berperang di kerajaan.

Lebih mudahnya, tarian ini hanya menggambarkan olah keprajuritan dan perang tanding, namun tidak ada yang kalah dan menang.

Istilah tari beksan wireng sendiri berasal dari kata Wira dan “Aeng” yang artinya prajurit yang unggul.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa arti dari kata “Wira Ageng” adalah prajurit yang unggul dan Linuwih.

Gerakan Tari Beksan Wireng

Ragam bentuk gerak tarian beksan

Tari beksan wireng ini pertunjukan oleh dua pasangan laki-laki. Bentuk tariannya sama dan di dalamnya tidak mengandung unsur cerita apapun, serta gaya kostum keduanya s cenderung sama.

Tarian ini juga tidak memakai lagu sampek atau srepeg, namun hanya menggunakan irama atau tempo yang cepat dan kencang. Sebab di dalam tarian beksan wireng ini terdapat sebuah gerakan tanding (berkelahi).

Dalam masa perkembangannya, tarian ini dibagi menjadi enam macam, antara lain:

  1. Panji Sepuh.
  2. Panji Anem.
  3. Dhadap Kanoman.
  4. Jemparing Ageng.
  5. Lhawung Ageng.
  6. Dhadap Kereta

Makna Tari Beksan Wireng

Filosofi Tarian beksan

Pada dasarnya, tarian tradisional dari Surakarta ini hanya menceritakan tentang keprajuritan dan tidak ada cerita lain yang termuat di dalamnya.

Hal ini dapat dilihat dalam tariannya, yakni para penari yang membawa alat perang berupa tombak dan tameng yang melambangkan kegagahan dan keperkasaan bangunan seni yang ada di Indonesia.

Baca Juga Tari Kecak Bali

Karakteristik Tari Beksan Wireng

Ciri khas tarian beksan

Karakteristik yang termuat di dalam tarian ini sebagai berikut:

  • Dimainkan oleh laki-laki pasangan perang.
  • Gerakan setiap penari cenderung sama.
  • Tidak adanya cerita atau plot yang ada di dalamnya.
  • Kostum dan properti yang sama.
  • Tidak menggunakan lagu sampak atau srepeg, namun hanya memakai irama atau tempo yang kencang sebab perangnya tanding.
  • Instrumen yang terbatas.
  • Meskipun menceritakan peperangan, akan tetapi tidak ada yang kalah dan menang di dalamnya (murni perjuangan perang).

Kostum Dan Properti Tarian

Ragam baju yang digunakan tarian beksan

Tidak jauh berbeda dengan jenis tarian tradisional lainnya, tarian beksan wireng menggunakan kostum dan properti sebagai berikut:

  • Jas yang dipakai untuk luaran baju.
  • Kathok, adalah bahasa Jawa dari celana pendek. Sebab dimainkan oleh penari laki-laki, maka menggunakan celana layaknya alih-alih rok pada umumnya.
  • Sampur, selendang tari yang dililitkan di badan penari.
  • Jarik, merupakan kain batik yang biasanya digunakan baik dalam tarian ataupun sehari-hari oleh masyarakat Jawa.
  • Stagen, yakni karet yang dililitkan di bagian perut untuk mengikat jarik.
  • Pedang dan tameng menjadi properti utama dalam perang tanding.

Iringan Musik Tari Beksan Wireng

Pengiring tari beksan

Seperti yang telah saya jelaskan pada bagian atas, bahwa tarian ini tidak menggunakan gendung sampek, tetapi hanya iramanya kendho. Gendung satu yang memiliki arti Gendhing Ladrang, kemudian akan diteruskan dengan Gendhing Ketawang.

Di dalam tarian ini tidak terdapat percakapan atau ontowacono dan juga tanpa menggambarkan suatu cerita tertentu. Ada pula Perang Ruket (gulat), yang berupa perang campuran antara pertempuran, penyerangan, dan pertahanan.

Perang ruket sendiri tidak memakai banyak variasi, akan tetapi tetap mengangkat aransemen tariannya.

Keunikan Tari Beksan Wireng

Nilai estetis tari beksan

Tari beksan wirang ini ternyata menyimpang berbagai macam keunikan seperti cerita peperangan yang ditampilkan tanpa adanya pemenang dan pihak kalah. Pesan moral yang hendak disampaikan dalam tarian ini adalah berupa semangat juang yang tak kunjung padam.

Jadi kesenian ini sangat cocok untuk dijadikan media hiburan masyarakat pada masa kini. Sebab dapat mendorong masyarakat untuk tetap berjuang tanpa mengenal henti dalam hal apapun.

Baca Juga Tari Monong Kalimantan Barat

Tari Beksan Wireng Dalam Karya Sastra

Karya sastra yang terhubung dengan tari beksan

Tarian ini memang ada di dalam berbagai karya sastra Jawa yang telah sedikit saya jelaskan diatas. Sedangkan untuk pembahasan lengkapnya adalah sebagai berikut:

1. Beksan Wirang dalam Kridhwayangga

Asal muasal tarian ini banyak yang menghubungkan pada masa pemerintahan Kerajaan Kediri. Ketika Serat Centhini dan Serat Kridhwayangga, Panji Inukertapati yang mempunyai gelar Prabu Suryamisesa, namun pada Serat Centhini disebut Suryawisesa.

Beliau dikenal sebagai orang yang mahir dalam menari, suranya merdu, ahli gamelan, dan pintar ketika bercerita. Pada saat beliau memimpin sekitar tahun 1145, masyarakat ikut mempelajari serta memahami kesenian (tari dan lagu).

2. Beksan Wireng dalam Weddataya

Pada serat Weddataya (10 November 1923), hasil karya (pakepalan) di Surakarta, yang berisikan struktur tari (urutan sekarang atau gerakan dan juga maknanya.

3. Beksan Wireng dalam Sastrawiruda

Serat Jawa Sastrawiruda adalah hasil karya berhuruf Jawa yang diterjemahkan oleh Kamajaya. Isinya berupa wawancara Kanjeng Pangeran Arya Kusumadilaga, yakni seorang yang ahli dalam wayang pura) dan muridnya yang bernama Mas Sastramiruda.

Tarian ini lebih menekankan pada keterampilan dalam memainkan keris dan andhadap (menari dan memegang perisai) serta diiringi oleh Gamelan Slendro.

Pola Lantai Tari Beksan Wireng

Jenis pola lantai yang digunakan dalam tarian tradisonal

Pertanyaan yang sering Anda pikirkan dalam masalah kesenian tari pasti apakah pola lantai yang digunakan dalam tarian tersebut. Nah, apa sih pola lantai tari beksan wireng ini?

Untuk pola lantai yang digunakan dalam tarian ini adalah jenis horizontal dan vertikal.

Pertunjukan Tari Beksan Wireng

Pementasan tarian beksan

Sebab mengangkat tema keprajuritan dan kepahlawanan, pertunjukan tarian ini didominasi dengan adegan peperangan dengan gerakan-gerakan atraktif misalnya beladiri pencak silat.

Sementara sumber cerita yang diangkat ke dalam cerita adalah seperti wayang Purwa, Wayang Madya, Wayang Klitik, Wayang Gedog, Wayang Rama, Wayang Ayudya, dan Wayang Menak.

Apabila dilihat dari struktur pertunjukannya, setiap variasi beksan wireng selalu menyuguhkan dengan pola sajian yang cenderung sama. Misalnya mulai dari gawang kawit atau maju beksan, kemudian gawang baku atau beksan dan akan diakhiri mundur beksan dan kembali lagi ke gawang kawit.

Baca Juga Tari Indang

Kesimpulan

Dari keterangan yang saya berikan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan tentang ciri-ciri tari beksan wireng sebagai berikut:

  1. Dipentaskan oleh dua orang laki-laki berpasangan.
  2. Wujud tarian cenderung sama.
  3. Tariannya tidak mengambil cerita seperti tarian tradisional lain.
  4. Kostum penari sama.
  5. Tidak menggunakan lagu sampak atau srepeg, hanya memakai irama atau temponya yang kencang sebab perangnya tanding.
  6. Jenis instrumen satu atau dua, dimana gendhing landrang kemudian dilanjutkan gendhing ketawang.
  7. Di dalam cerita tarian ini tidak ada yang kalah dan menang.

Nah, mungkin hanya itu saja penjelasan yang dapat saya berikan untuk Anda tentang tarian beksan wireng dari daerah Surakarta. Semoga dapat menambah ilmu dalam bidang budaya dan mempermudah kegiatan belajar Anda.

Tinggalkan komentar